SULTRATOP.COM, KENDARI – Ancaman penyakit kusta kembali menghantui Kota Kendari. Sepanjang tahun 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat 25 kasus baru, meningkat dari 21 kasus pada tahun sebelumnya. Penyakit ini dapat menular dengan cepat jika tidak ditangani sejak dini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kendari, Ellfi, mengatakan bahwa meskipun jumlah kasus meningkat, semua penderita berhasil ditangani dengan baik.
“Alhamdulillah, dari 25 kasus yang ditemukan, tidak ada satu pun yang berujung pada kecacatan. Semua tertangani dengan pengobatan yang sesuai,” ujar Ellfi kepada Sultratop.com, Jumat (17/1/2025).
Ellfi mengimbau masyarakat agar waspada terhadap gejala awal kusta, seperti munculnya bercak merah atau putih pada kulit yang mati rasa. Ia menekankan pentingnya pemeriksaan dini di fasilitas kesehatan untuk memastikan pengobatan dapat dimulai segera.
“Jika terdiagnosis kusta, pengobatan berlangsung antara 6 bulan hingga 2 tahun, tergantung tingkat keparahan. Penyakit ini menular cukup cepat melalui percikan ludah atau dahak saat penderita batuk atau bersin,” jelas Ellfi.
Pengobatan dilakukan dengan pemantauan ketat oleh keluarga dan tenaga kesehatan untuk mencegah penularan lebih lanjut dan menghindari kecacatan.
Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Kendari gencar melakukan skrining kesehatan di sekolah dasar. Hal ini karena anak-anak dianggap lebih rentan akibat perilaku kebersihan yang kurang terjaga dibandingkan orang dewasa.
“Anak-anak seringkali mengabaikan gejala awal penyakit, ditambah kurangnya pengawasan dari orang tua. Kegiatan skrining ini akan kami masifkan agar deteksi dini dapat dilakukan,” kata Ellfi.
Meskipun kusta bisa menular, penularannya memerlukan kontak intens dalam jangka waktu lama. Penyakit ini tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau berhubungan seksual dengan penderita.
“Kami juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif terhadap penderita kusta. Penyakit ini bisa sembuh sepenuhnya jika ditangani sejak dini,” tutup Ellfi.
Penyakit kusta, meski jarang menyebabkan kematian, berisiko memicu kecacatan dan diskriminasi sosial yang berdampak pada kondisi psikologis penderitanya. Dinkes berharap masyarakat lebih peduli terhadap tanda-tanda awal penyakit ini untuk mencegah dampak yang lebih serius. (B/ST)
Laporan: Bambang Sutrisno